Saat ini, mayoritas orangtua lebih memilih memberikan permainan digital atau perangkat elektronik kepada anak-anaknya. Demikian pula anak-anak, cenderung memilih permainan elektronik ketimbang permainan tradisional. Di tengah-tengah hal tersebut, pendiri merek alat main GummyBox, Audrey Irawan, justru menciptakan permainan konvensional.
Kalau berkompetisi dengan aplikasi digital sepertinya sulit, karena mereka lebih mudah didapat di mana pun. Tetapi, kami mau memberikan pilihan lain dari cara bermain untuk anak-anak, bukan menggantikan game digital.
Jenis permainan yang ditawarkan Audrey, GummyBox, merupakan tipe konvensional yang didesain untuk mengasah keterampilan tangan dan kreativitas.
Hal senada juga diungkapkan presenter Nadia Mulya. Menurutnya, permainan konvensional yang mengasah kreativitas seperti yang dihadirkan GummyBox merupakan penyeimbang untuk anak-anak agar tetap bermain permainan konvensional yang edukatif.
Walau sejak anak-anak saya masih kecil, saya berusaha membatasi mereka bermain gadget, tetapi saat sekarang, yang besar sudah kelas empat SD, ia pun banyak menggunakan komputer tabletnya untuk tugas sekolah, akhirnya juga bermain game.
Sedangkan GummyBox, mendorong anak-anak untuk mengerjakan proyek keterampilan dari satu kotak dengan satu tema. Permainan ini dipesan dan akan kotaknya dikirim ke pelanggan per bulan.
Anak-anak sekarang kadang lebih dimanja. Mau boneka atau mainan apa pun biasanya tinggal dibeliin saja oleh orangtuanya. Tetapi, kalau GummyBox ini, dia akan mengapresiasinya lebih.
Hal itu dikarenakan, lanjut Nadia, untuk bisa bermain tema baru dari Gummybox mereka harus menunggu sebulan sekali. Selain itu, juga ada proses yang membuat anak-anak lebih menghargai mainannya karena mereka yang membuatnya sendiri.Siapa yang tidak kenal istilah game? Siapa yang belum pernah bermain game? Pasti semua dari kalian pernah memainkan game di berbagai perangkat elektronik atau komputer, salah satu yang terkenal adalah video game console.Semenjak pertama kali hadir, video game console menghadirkan dimensi yang berbeda dalam bermain game. Ya, dengan mesin ini kamu bisa bermain game di dalam rumah hanya dengan bantuan TV. Konsol game terus berevolusi seiring perkembangan teknologi, dari kualitas grafis, controller yang menggunakan kabel kini telah berkembang menjadi nirkabel, bahkan konsol game masa kini juga menyertakan Broadband yang berguna untuk mengakses internet. Saat ini tercatat konsol game memasuki generasi kedelapan, dan berikut perkembangannya:
Konsol Game Generasi Pertama
Pada tahun 1966, video game mulai memasuki babak awal perkembangannya. Ide-ide kreatif bermunculan, dan sebagian besar dimotori oleh mahasiswa-mahasiswa yang menghabiskan waktu luangnya dengan memanfaatkan fasilitas teknologi informasi di kampus. Konsol game Baer yang prototipenya diberi nama Brown Box, kemudian meluncur dengan nama Magnavox Odyssey (Mei 1972), berisi 16 game built-in yang dapat diganti-ganti dengan menggunakan sebuah switch. Terjual sampai 200.000 unit, Magnavox Odyssey tercatat sebagai konsol video game pertama di dunia.
Konsol Game Generasi Kedua
Dalam sejarah video game, generasi kedua (biasa disebut sebagai awal era 8 bit atau kurang lebih 4 bit era) dimulai pada tahun 1976 dengan merilis Fairchild Channel F dan Radofin 1292 Advanced Programmable Video sistem. Di era generasi kedua ini yang menjadi primadona konsol game adalah konsol game ATARI ,di antaranya adalah: Fairchild Channel F, Atari 2600, Magnavox Odyssey ver. 2, Atari 5200.
Konsol Game Generasi Ketiga
Generasi ketiga dimulai pada tahun 1983 dengan dipasarkannya Japan Family Computer atau lebih dikenal dengan nama FAMICOM (kemudian dikenal sebagai Nintendo Entertainment System di seluruh dunia). Walaupun konsol generasi sebelumnya juga menggunakan 8-bit processor, pada akhir generasi inilah konsol rumah yang pertama kali diberi label oleh mereka “bit.” Di Amerika Serikat, generasi ini di game ini terutama didominasi oleh NES / Famicom. Di era ini pulalah terjadi perang konsol game yang pertama antara perusahaan konsol Nintendo dengan SEGA. Menyoal video game 8-bit.
Konsol Game Generasi Keempat
Generasi ini disebut-sebut sebagai “zaman emas” dalam dunia video game. Masa di mana konsol 16-bit muncul dan membawa perubahan drastis pada grafik, tata suara, dan gameplay. Era ini juga kian memanas saat terjadinya persaingan seru antara Sega dan Nintendo. Pada tahun 1990, Sega menggelontorkan Sega Megadrive/Genesis, konsol 16-bit yang memukau perhatian pecinta game, khususnya Amerika. Selanjutnya, Sega merilis game yang akhirnya menjadi maskot Sega, Sonic the Hedgehog (1991). Game ini lagi-lagi mencengangkan para pecinta game, karena game tersebut memiliki grafik dan tata suara yang kualitasnya jauh di atas Super Mario Bros yang merupakan game buatan Nintendo. Rivalitas yang legendaris, Super NES dan Mario Brothers sebagai ikonnya melawan SEGA Mega Drive dan Sonic the Hedgehog sebagai ikonnya.
Konsol Game Generasi Kelima
Era 32-bit dan 64-bit ini diawali dengan penyelenggaraan Electronic Entertainment Expo (E3) untuk pertama kalinya di Los Angeles Convention Center. Inilah ajang hiburan dan game terbesar di Amerika yang masih terus diadakan hingga sekarang. Selanjutnya, Sony merilis Sony PlayStation (1995), diikuti dengan Nintendo 64 (1996). Untuk kali ini, persaingan dimenangkan Sony karena Nintendo memutuskan untuk tidak meng-upgrade ke CD-ROM dan tetap menggunakan cartridge. Tentu saja developer lebih melirik CD-ROM, karena biaya produksi lebih murah dan kapasitas penyimpanan lebih besar. Sega pun merilis Sega Saturn, konsol game yang juga berbasis CD-ROM dan memiliki delapan prosesor. Sayang, konsol ini harus tersingkirkan oleh dominasi Nintendo dan Sony.
Konsol Game Generasi Keenam
Generasi keenam dibuka dengan peluncuran konsol terakhir Sega, Dreamcast (1999). Konsol unik ini memiliki fitur game online, dan merupakan konsol game 128-bit pertama. Sayang, Sega gulung tikar dan memutuskan untuk hengkang dari dunia konsol game dua tahun berikutnya. Pada tahun 2001, Sony menggeber PS2, disusul Nintendo dengan GameCube-nya. Kali ini, keduanya menuai kesuksesan yang hampir berimbang, meskipun PS2 masih menduduki peringkat teratas. Pada era ini, Nintendo juga mengeluarkan dua konsol genggam, yaitu Gameboy Advance, dan Nintendo DS, handheld terbaru Nintendo yang berlayar ganda dan memiliki fitur online serta touch sensitive. Sony pun mengeluarkan versi ekonomis dari PS, yaitu PSone. Lalu, mereka memproduksi handheld pertamanya, PlayStation Portable (PSP) yang hingga saat ini terus membayangi kesuksesan Nintendo DS.
Konsol Game Generasi Ketujuh
Microsoft telah menggeber XBox 360, sementara itu Sony dan Nintendo dengan PS3 dan Wii. Pada generasi ketujuh ini konsol game memiliki grafis 3D yang sangat real. selain itu juga pada generasi ini konsol game juga menggunakan fitur-fitur yang ada di komputer, seperti wifi dan koneksi internet. Sehingga memungkinkan masing-masing device saling terhubung dan para pengguna bisa bermain secara multiplayer walaupun terpisah ruang.
Konsol Game Generasi Kedelapan
Di generasi kedelapan, konsol game semakin canggih dengan berbagai dukungan sensor hingga hadirnya fitur-fitur yang tidak hanya mampu sebagai konsol game, namun juga mampu sebagai Multimedia-Machine. Seperti Microsoft XBOX-One dengan Sensor Kinect , Nintendo Wii-U dengan sensor Wii Remote dan Playstation 4 dengan Sensor Playstation Move.
Permainan konvensional seperti monopoli, ular tangga, catur, karambol, atau kwartet, saat ini mulai tergeser oleh games online. Lalu apakah permainan online memiliki kelebihan dibanding permainan konvensional?
Jawabannya tidak. Dampak yang ditimbulkan keduanya berbeda, mengingat cara memainkannya pun juga berbeda.
Permainan konvensional ada situasi interaksi situasi sosial langsung dengan teman sebagai lawan main, misalnya karambol ada teman yang mainnya jago, licik, atau main curang. Di game online mereka tidak mendapatkannya.
Dalam permainan konvensional, ada individu merasa gagal, terpuruk, tapi ada yang merasa senang dan puas.
Hal itu wajar, karena anak-anak bisa mengasah keterampilan sosial dan interaksi tatap muka. Sedangkan anak yang menyukai game online memiliki keterampilan sosial lemah dan susah mempertahankan interaksi tatap muka, jika hal ini berlanjut hingga dewasa akan memengaruhi hubungan interpersonal dengan orang lain.
Kalau anak dihina, diledekin, disalahin saat bermain di permainan konvensional, itu memang bullying, tetapi tekanan sosial di luar sana keras, jadi akan menggembleng anak lebih tangguh, dan bisa mengatasi hinaan atau ledekan.
Menurut dosen psikologi Universitas Islam Negeri, Jakarta, permainan tak hanya melatih kecerdasan otak, tetapi kecerdasan akademik, emosi, sos, dan melatih anak menjadi empati terhadap orang lain.
Referensi :
http://www.beritasatu.com/anak/318315-permainan-anakanak-konvensional-sulit-kalahkan-permainan-digital.html
http://www.wadezig.com/2015/konsol-game-dari-masa-ke-masa/
http://www.tribunnews.com/lifestyle/2012/08/31/permainan-konvensional-lebih-baik-dari-games-online
0 komentar:
Posting Komentar